Free Template, Anime, And Manga

0 BUKU HANUA SINJAI penyunting, Khrisna Pabichara Cetakan I, April 2022 diterbitkan oleh Penerbit Ininnawa





Hanua Sinjai

 

© Drs. Muhannis, 2022

Penyunting: Khrisna Pabichara

Penyelaras akhir: Anwar Jimpe Rachman 

Penata sampul: Fauzan Al Ayyuby

Penata letak: TanahindieSign

Foto sampul: Alif Ilhamsyah SS, SPd

Cetakan I, April 2022

diterbitkan oleh Penerbit Ininnawa

KATALOG DALAM TERBITAN

Hanua Sinjai - Muhannis ; penyunting, Khrisna Pabichara

 ISBN: 978-623-99673-0-7

xxviii + 671 hal


 

Buku ini adalah hasil penelitian  dan pengkajian data-data tentang Sinjai, baik dari lontara yang ada di Sinjai maupun dari Bone,Gowa, Tallo,Luwu, Sirdap, Wajo dan lain-lain. Buku ini diperkaya pula dengan  data-data dari luar negeri seperti Belanda, Inggris,Jerman, Malaysia,Brunei dan lainnya yang dikumpulkan  selama lebih dari 30 tahun. Beragam tema telah dirangkum dalam bentuk makalah yang dipresentasikan mulai dari  tingkat desa sampai internasional, dimuat pada media cetak atau ditulis dalam bentuk essay yang mengupas Sinjai secara lebih detail dan bertanggungjawab.

Melalui ragam tulisan dalam buku ini, pembaca akan diantar memaknai peran sejarah yang pernah ditorehkan oleh putra-putri Sinjai serta kepastian data yang diharapkan agar pengetahuan kita tentang Sinjai akan lebih mendalam serta menjawab banyak pertanyaan yang kerap muncul di kalangan pemerhati sejarah. Buku ini akan mengantarkan kita pada pemahaman baru  yang akan mengantarkan kita keluar dari kelabu sejarah dan sering menjadi bahan perdebatan.Perdebatan seperti kapan nama Sinjai mulai diperkenalkan, kapan konfederasi Tellulimpoe  dan Pitulimpoe lahir dan siapa penggagasnya, kapan agama islam mulai diperkenalkan di Sinjai dan bagaimana prosesnya, bagaimana posisi Sinjai saat terjadinya perang antara Gowa dan Bone, apa peran putra-putra Sinjai pada saat perebutan kemerdekaan, saat terbentuknya NIT dan RIS serta pernahkah ada putra Sinjai yang menduduki jabatan sebagai Mentri di Indonesia, apa itu Rumpakna Mangarabombang, kenapa terjadi Pemberontakan I Massalinri, kenapa Suka, Balasuka dan Tombolo Pao hilang di Sinjai,siapa yang pertama kali mengibarkan bendera merah putih dan dimana lokasinya dll. Lebih dipertajam lagi siapa yang paling pantas disebut pahlawan Sinjai. Buku ini mengulas pula sejarah terbentuknya kabupaten Sinjai lengkap dengan anggota DPRD Gotong Royongnya dan  lebih 70 orang tokoh yang pernah menjadi penguasanya atau  menjabat Bupati dan semacamnya mulai Sinjai terjajah oleh Belanda tahun 1859 sampai tahun 2020, semuanya akan dibahas tuntas  dengan referensi yang lengkap dan tidak terpaku hanya pada Bupati tahun 1960an, bahkan Sinjai pernah memiliki Asisten Residen yang berkuasa sampai Bulukumba dengan ibukotanya Balangnipa selama lebih 50 tahun dengan ditetapkannya Sinjai sebagai Afdeling Oosterdistrichten tahun1861.Dari sisi budaya, pembaca akan diantar pula mengenal sastra kuno Sinjai spt saat pernikahan, osong perang,sastra islami dll.Demikian pula dengan beberapa ritual dan pesta  serta ragam budaya lain.

Semua data dalam buku ini,lahir dari ketekunan mendalami lontara yang kabur, lapuk dan sangat sulit membedakan antara kotoran dengan tandabaca dalam lontara termasuk lontara yang disakralkan oleh pemiliknya baik lontara berupa buku maupun gulungan daun lontar yang sangat rumit membacanya. Dan yang tak kalah sulitnya adalah dengan data yang menggunakan bahasa asing seperti Belanda, Inggeris, Jerman dan buku lainnya yang sangat langka. Semua data di atas, dipertajam lagi dengan wawancara pada narasumber terpilih yang dapat dikatakan bahwa semua narasumber sudah berusia  tua atau sudah meninggal saat ini. Dan yang pasti bahwa karya buku ini dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya atau menjadi ensiklopedi bagi puta-putri Sinjai atau pemerhati sejarah.

Kutipan Lontarak 

Lontarak Baso Kalaka—salinan. Milik Andi Paliheng di Sinjai.

Lontarak Bilang Binamu. Ditransliterasi oleh Khrisna Pabichara, milik Daeng Pammak di Binamu, Jeneponto.

Lontarak Bilang Gowa. Ditransliterasi oleh William Cumming, milik Arham Anwar.

 

Lontarak Bilang Paitana. Ditransliterasi oleh Khrisna Pabichara, milik Manrumpai Karaeng Cambang di Paitana, Jeneponto.

Lontarak Bilang Tallo. Milik Andi Amir Azis di Sinjai.


Lontarak Bira Ara. Koleksi Penulis.

Lontarak Bulobulo. Milik Drs. H. A. Muh. Zaid Syamsudin Petta Mamma di Sinjai.

Lontarak Bulobulo—salinan. Koleksi Penulis.

Lontarak Catatan Harian La Patau. Milik Puang Safriady di Makassar.

Lontarak Catatan Harian La Temmassonge. Diterjemahkan oleh Asmat Riady Lamalllongeng.

Lontarak Catatan Harian La Tenritappu Arumpone. Milik Puang Sapriady di Makassar.

Lontarak Catatan Harian La Tenritatta. Milik Aipda. Andi Sofyan Hadi di Makassar.

Lontarak Catatan Harian Petta To Marilaleng Malolo Tenriangka. Milik Aipda. Andi Sofyan Hadi di Makassar.

Lontarak Catatan Harian To Appatunru. Milik Aipda. Andi Sofyan Hadi di Makassar. Lontarak Catatan. Milik Kamaruddin di Kalaka.

Lontarak Harian La TenritappuMatinroe ri Rompegading. Ditransliterasi oleh Rahila

Omar, milik Puang Sapriady di Makassar.

Lontarak Jayalangkara—Benjamin F. Matthes. Koleksi Penulis.

Lontarak Karampuang. Milik Mayarakat Adat Karampuang di Sinjai.

Lontarak Lamatti. Milik Drs. H. A. Muh. Zaid Syamsuddin Petta Mamma di Sinjai.

Lontarak Lamatti—salinan. Koleksi Penulis.

Lontarak Manimpahoi—salinan. Milik Andi Muh. Nur Jabal di Manimpahoi.

Lontarak Musunna I Massalinri. Milik Drs. H. A. Muh. Zaid Syamsuddin Petta Mamma di Sinjai.

 

Lontarak Patturioloanga ri Empoang. Ditransliterasi oleh Khrisna Pabichara, milik Drs. H. Ilyas Mattewakkang Karaeng Jalling di Monro-Monro, Jeneponto.

Lontarak Patturiolongnga ri Terasa—salinan. Koleksi Penulis.

 

Lontarak Patturiolongnga ri Turungang. Koleksi keluarga Puang Sahibe di Dusun Soppeng, Desa Turungang Bajik, Sinjai.

Lontarak Silsilah Akkarungeng Tanete dan Barru—salinan. Koleksi Penulis.

Lontarak Silsilah La Muhammad. Milik Puang Ambo Mini di Bogor, Jawa Barat.

 

Lontarak Silsilah Manipi. Disalin oleh A. M. Ishak di Manipi. Lontarak Silsilah Puang 

Lontarak Timpakke Tana. Milik Drs. H. A. Muh. Zaid Syamsuddin Petta Mamma di Sinjai.

 

Lontarak Tondong. Milik Drs. H. A. Muh. Zaid Syamsuddin Petta Mamma di Sinjai.


             - Kutipan Lontara  Selengkapnya (nantikan di Buku  Hanua Sinjai)-



Manuskrip Tua, Catatan, Almanak, dan Peta

 

Al Quran Tua. Koleksi keluarga H. A. A. Hai di Bikeru.

Catatan KPN Sinjai. Milik Andi Muhammad Heriyanto di Makassar.


"Catatan Pemerintahan Sanjai", dalam Regenten van Afdeling Sanjai-Tellulimpoe Oosterdischtrichtenade, Twede Expeditie, Oorlog (1859—1860) Gouverment van Celebes & Onderhoorigheden. Milik Bahar Sommeng.

Catatan Pemilihan Andi Bagenda sebagai Arung Tondong. Koleksi Kantor Arsip Sulawesi Selatan.

Catatan Silsilah Andi Bagenda. Milik Puang Ambo Mini di Bogor, Jawa Barat.

Catatan Silsilah Besse Langelo. Milik Dr. Muhammad Sapri Pamulu, S.T., M.Eng.

P.M., Ph.D. di Jakarta.

 

Catatan Silsilah Datu Halie di Wajo. Milik Andi Tenri Angka A.Md dan Irvan Andi Akil, S.T. di Wajo.

Catatan Silsilah Datu Sidenreng. Milik Dr. Muhammad Sapri Pamulu, S.T., M.Eng.

P.M., Ph.D. di Jakarta.

 

Catatan Silsilah Keluarga I Massalinri di Luwu. Milik Mayor Jenderal TNI Muslim To Tenribali di Jakarta.

Catatan Silsilah Keluarga Nurdin Daeng Magassing. Milik Andi Muhammad Heriyanto di Makassar.

Catatan Silsilah Keluarga Ince Mochinon Petta Wero (Istri Abdullah Daeng Mappuji).

Milik Prof. Dr. Hj. Asiah Hamzah,MA di Jakarta.

 

Catatan Silsilah Keluarga Petta Mining. Milik Puang Ambo Mini di Bogor, Jawa Barat.

 

Catatan Silsilah Sallatung Karaeng Ngampi. Milik Andi Salahuddin Karaeng Gau— cicit Karaeng Jungge Raja Binamu XVI di Makassar.

Catatan Silsilah Saotengnga. Milik Andi Suardi di Manimpahoi.

Catatan Silsilah Tenri Annisa. Milik Aipda. Andi Sofyan Hadi di Makassar.

Het Niews van den Dag voor Nederlandisch-Indie. 30 Juli 1932.

Inventaris Arsip Bantaeng (1866-1973). Volume III. No.1. Tahun 1988—1989. Memory van Overgave Controlier Bone ri Attang 1912-1915. koleksi Penulis Peta Kuno Sinjai. Milik Andi Sudhas Riswal Sawil di Sinjai.

Regerings Almanak Voor Nederlandsch 1912—1940 bidang pengadilan. Koleksi Penulis.

Regerings Almanak. Milik Andi Taufiq Alamsyah Daeng Siola di Bantaeng/Kajang.


           -Manuskrip Tua, Catatan, Almanak, dan Peta  selengkapnya (nantikan di Buku  Hanua Sinjai)-



Tentang Penulis


Keterangan Foto: Ceramah Aksara Lontara di Goethe Istitut Bonn,Germany

MUHANNIS lahir di sebuah desa kecil bernama Ara Bulukumba yang terkenal sebagai desa pembuat perahu Pinisi yang monumental ini. Tamat SDN 164 Ara; SMPN 1 Bulukumba; SMA kelas 1 di SMAN 1 Bulukumba, kelas 2 di SMAN Abepura Jayapura dan tamat di SMAN Bantaeng pada 1979. Menyelesaikan Sarjana S-1 di IKIP Makassar 1985, Pasca Sarjana S-2 di ABI Surabaya tahun 2013. Pada 2003 mengikuti pendidikan Deutschforbildungkurs di Goethe Institut Munchen Jerman. Kemudian pada 2011 menimba ilmu di Goethe Institut Gottingen Jerman dan 2016 di Goethe Institut Bonn Jerman. Mengajar di SMAN 1 Sinjai sebagai guru Bahasa Jerman dan Pembina Seni dan Karya Tulis (1985-2009). Pada 2009-2015 menjadi Kepala SMAN 1 Sinjai Timur, selanjutnya sebagai Pengawas SMA/SMK Sulawesi Selatan mulai 2015 hingga pada 2019. Dia juga tercatat sebagai Multiplikator Bahasa Jerman Nasional sekaligus sebagai Ketua Ikatan Guru Bahasa Jerman Indonesia (IGBJI) Cabang Bawakaraeng Sulawesi Selatan; Dosen Ilmu Budaya Dasar di Universitas Muhammadiyah Sinjai dan Akademi Kebidanan Madani Sinjai. Bukti keseriusannya meneliti dan menulis Sejarah dan Budaya Sinjai adalah dengan banyaknya tampil menyampaikan makalah tentang budaya dan sejarah Sinjai dan Bulukumba pada beberapa seminar mulai tingkat kecamatan hingga internasional, termasuk menyampaikan ulasan budaya di berbagai TV dalam dan luar negeri, membawakan materi budaya di Eropa waktu mengikuti pendidikan. Atas semua aktivitasnya, dia menerima Celebes Award Bidang Kebudayaan dari Pemda Sulsel tahun 2005 sebagai Budayawan Sulsel Berprestasi dan mendapat Sertifikat sebagai Ahli Cagar Budaya Nasional dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi tahun 2016.







0 Tari Salonreng


TARI SALONRENG
            Tari Salonreng adalah sebuah tarian adat yang berasal dari Ara (sekarang menjadi Desa Ara dan Desa Lembanna) Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba.
            Sebagai sebuah tarian adat yang telah berusia cukup tua atau  sudah lebih 400 tahun dan tetap dipelihara oleh pewarisnya dari generasi ke generasi berikutnya. Dalam penampilannya, tarian ini terdiri dari tiga ragam yakni Pakarena Lalo atau Akkarena Tedong, Siusiri dan Salonreng sendiri.
            Tarian ini pada mulanya dibawa ke Ara oleh bangsawan-bangsawan Gowa pada saat Gowa gencar-gencarnya menjalin hubungan dengan orang-orang  Ara untuk membuat perahu-perahu untuk armada laut Kerajaan Gowa pada pertengahan abad XVII yang memaksa banyak orang Gowa  menetap di Ara dan bahkan mempunyai pemakaman khusus yang disebut dengan Pakkuburang Tu Gowaya. Dalam tradisi lisan orang Ara dikisahkan bahwa tarian ini dibawa ke Ara oleh rombongan Karaeng Mamampang dan dikembangkan oleh cucu-cunya. Karena Karaeng Mamampang menetap di Ara bersama anak-anaknya, maka tarian ini akhirnya menjadi identitas orang Ara. Kedudukan tarian ini lebih kuat lagi pada saat anak dan cucu Kareng Mamampang menikah dengan bangsawan-bangsawan Ara juga terutama pada saat Saloko Daeng  Makatti atau Bakkakterak menikah dengan Daeng Sikati Bunting Berua, gadis cantik asal Ara.
            Dalam catatan-catatan lontara di Ara dikisahkan bahwa tarian ini sering dijadikan sebagai tarian hiburan para bangsawan Gowa dan Ara  sambil menunggu selesainya perahu mereka. Tarian ini juga pernah dijadikan hiburan pada saat Sultan Hasanuddin akan berperang di Buton dan singgah di Tanah Beru untuk bertemu para Karaeng Paliliknya sekaligus memperbaiki perahunya. Tari Salonreng juga pernah diundang oleh Raja Bone ke XXIII La Tenritappu  dan mencatat dalam buku hariannya (copy lontara terlampir) dan juga sesuai dengan cerita lisan Ara bahwa pernah berlayar ke Bone selama dua hari karena diundang oleh Raja Bone. Dalam buku Harian La Tenritappu  dia mencatat:
Ammula tudang ri baruga utettong masalonreng najaga (20 September 1793)
Ammula tudang ri baruga utettong masalonreng najagawa jemmak e(21 September 1793)

            Pada jaman kolonial Belanda, tarian ini juga sering diundang untuk memeriahkan pesta atau pada perayaan-perayaan  dan pasar malam di Bantaeng, Bulukumba, Kajang dan lain-lain. Dan yang paling memperhatikan tarian ini adalah  saat residen Bantaeng Bulukumba dipegang oleh Willem Delfhout yang membuat tempat pementasan Salonreng sekaligus sebagai tempat pertemuan di Ara dan dikenal dengan Barugaya sekitar tahun 1754 (saat ini ditempati oleh SD.No.161 Ara). Pada saat itu residen mendapat perintah dari Gubernur Sulawesi van Clootwijk untuk menyalin beberapa lontara di Ara dan Bira. Salah satu lontara yang dipinjam di Ara untuk disalin adalah Lontara Jayalangkara dan masih menjadi buah bibir di Ara pada saat lontara tersebut diturunkan dari rumah penyimpananya. Tarian ini mengalami kemunduran pada saat penjajahan Jepang tahun 1942, karena dilarang untuk dipertunjukkan dimananapun juga dan meninggalkan sebuah kisah tersendiri di Ara yang disebut dengan PIRAUNNA I SARI DAENG KAPALA. Tarian ini kembali aktif pada tahun 1960an yang ditandai dengan dijadikannya  sebagai satu-satunya hiburan pada malam kenegaraan pertama di Kabupaten Bulukumba tanggal 17 Agustus 1960 dan 1961 atas upanya Bupati Andi Patarai dan Karaeng Ara Andi Padulungi Pada tahun 1974, tarian ini kembali tampil pada acara Pagelaran Seni se SUL-SEL yang dilaksanakan oleh Kodam XIV Hasanuddin di Makassar.

            Demikianlah sekilas sejarah dari tarian adat Ara, tarian tua yang masih terjaga keasliannya. Selamat menyaksikan.
                                                                                                            Ara, 7 April 2019
                                                                                                                        Penulis


                                                                                                            Drs. Muhannis,MM