Free Template, Anime, And Manga

Study tour Ilmu Sosial SMA Negeri 1 SINJAI UTARA ANGKATAN 2011

Bagikan ke Teman! :


 TIM PENELITI

BAB I
PENDAHULUAN
1. Judul Penelitian
            Adapun judul penelitian ini adalah: Peralihan fungsi fort Rotterdam menjadi objek wisata dan dampaknya bagi masyarakat sekitar.
2. Latar Belakang
            Seperti kita ketahui bersama bahwa fungsi awal dari fort Rotterdam yang sebenarnya adalah sebagai benteng pertahanan belanda, namun seiring perkembangan zaman fort Rotterdam kini di alihfungsikan menjadi objek wisata. Peralihan fungsi ini secara langsung maupun tidak langsung telah membawa dampak tertentu bagi masyarakat sekitarnya maupun bagi fort Rotterdam sendiri. Kita tahu bahwa banyak hal yang berubah seiring dengan beralih fungsinya fort Rotterdam. Ini tentunya dirasakan juga bagi pihak-pihak terkait yang bertindak sebagai pengelola fort Rotterdam. Hal inilah yang kemudian mendorong rasa ingin tahu kami yang kemudian kami wujudkan dalam sebuah penelitian. Dan kebetulan apa yang kami canangkan sejalan dengan salah satu kompetensi dasar dalam mata pelajaran kami. Untuk itu kami merasa bahwa penelitian ini akan membawa manfaat serta tidak menjadi sebuah kegiatan sia-sia dan hura-hura semata.  
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami ajukan ada beberapa hal, antara lain:
 1. Apa fungsi utama pembangunan fort rotterdam pada awal di dirikannya?
2. Apa fungsi utamanya sekarang?
3. Mengapa fort rotterdam di alih fungsikan?
4. Apa dampak pengalihan fungsi fort rotterdam bagi :
   a. Fort Rotterdam itu sendiri
   b. Bagi Pengelola
   c. Bagi masyarakat sekitar.


4.   Tujuan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman kepada siswa(i) tentang:
1. Fungsi utama Fort Rotterdam pada awal didirikannya
2. Fungsi utama fort rotterdam sekarang
3. Faktor-faktor penyebab dialih fungsikannya fort rotterdam
4. Dampak pengalihan fungsi fort rotterdam bagi:
   a. Fort Rotterdam itu sendiri
b. Bagi pengelola
c. Bagi masyarakat di sekitarnya
 5.   Kegunaan Penelitian
            Penelitian ini pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk pemenuhan satu kompetensi dasar dalam salah satu mata pelajaran kami. Adapun kegunaan dari penelitian terhadap objek yang dimaksud adalah bahwa ada kemungkinan yang besar jika  fungsi Fort Rotterdam yang semula sebagai benteng pertahanan dialihkan atau dengan kata lain diubah fungsinya menjadi objek wisata membawa dampak tertentu bagi pihak-pihak yang terkait di dalamnya baik itu dampak positif maupun negatif. Dampak inilah yang kemudian kami rasa penting dan merupakan hal pokok yang perlu diketahui, dikaji lalu dipahami bersama. Kalaupun nanti dampak yang diperoleh dari hasil penelitian lebih mengarah pada hal-hal negatif tentunya akan dipikirkan tindak lanjutnya. Namun, sekali lagi bahwa tindak lanjut itu tentunya perlu suatu bukti dan argumen yang pasti agar nantinya kita tidak salah langkah. Langkah yang dianggap pentiing dilakukan sebelum tindak lnjut tersebut adalah dengan jalan melakukan penelitian ini.

6. Manfaat Hasil Penelitian
 Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
            1. menggambarkan isi interaksi sosial. Yaitu mengungkap kecenderungan yang ada pada interaksi sosial di masyarakaat sekitar fort rotterdam. Misalnya penelitian ini ingin mengetahui apakah statement peralihan fungsi objek ini membawa dampak positif atau negatif.
            2. menguji hipotesis tentang karakteristik pesan (testing hypothesis of message characteristic). Penelitian ini berusaha menghubungkan karakteristik tertentu dari pesan yang disampaikan oleh narasumber bai dari pengelola maupun masyarakat sekitar.
            3. mendapatkan informasi tentang perbandingan keadaan sebelum dan sesudah peralihan fungsi fort rotterdam menjadi objek wisata, yang diperoleh dari beberapa sumber yang disebutkan di atas.
            4. Dijadikan sebagai bahan referensi yakni menjadi bahan rujukan bagi para peniliti selanjutnya.
7. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan yang dimaksud dalam penulisan proposal ini adalah:
BAB I       PENDAHULUAN
1.      Judul peneliitian
2.      Latar belakang
3.      Rumusan masalah
4.      Tujuan penelitian
5.      Kegunaan penelitan
6.      Manfaat hasil penelitian
7.      Sistematika penulisan

BAB II      TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
1.      Sejarah Fort Rotterdam
2.      Fungsi Fort Rotterdam
3.      Manfaat Wisata



BAB III       METODE PENELITIAN

         JADWAL PENELITIAN DAN ESTIMASI ANGGARAN

DAFTAR PUSTAKA

LEMBARAN PENGESAHAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

                     1. Sejarah Rotterdam

                                    Fort Rotterdam yang terpatri pada batu benteng ujung pandang jelas terpapang pada bagian atas pintu gerbang sebelah barat benteng sekarang. Penamaan diberikan oleh belanda sebagai realisasi perjanjian bongaya 18 November 1667 pasal 11. perubahan nama dari benteng ujung pandang ke Fort Rotterdam adalah sebagai tanda kenangan Cornelis Spellman terhadap kota kelahirannya di negeri belanda yaitu Rotterdam. Fort Rotterdam telah berdiri hampir 4 abad yang telah lalu ia telah mengalami pasang surut kerajaan Gowa dan kekuasaan belanda antara pertengahan abad ke2 sampai jepang berkuasa di Indonesia Benteng Fort Rotterdam tidak dapat dipisahkan dari kerajaan gowa ialah yang mempertahankan martabat dan kebesaran kerajaan gowa dari rongrongan imperalis barat, kerajaan gowa memperlihatkan kemajuan dan kejayaannya atas usaha raja gowa IX yaitu Tumaparisi Kallonna beliau membuat undang Undang dan peraturan-peraturan perang mengadakan pemungutan-pemungutan pajak dsb untuk kerajaan atas perintah raja gowa XI Daeng Pamatte. Daeng Pamatte menyempurnakan aksara Lontara waktu itu pula Tumaparisi Kallonna membentengi dengan batu bata kerajaan gowa-Sombaupu. Raja gowa X yaitu Tuni Pallangga Ulaung. Setelah beliau angkat ia digantikan oleh saudaranya I Taji Barani Daeng Marompa Karaeng Data sebagai raja gowa XII tetapi baru 40 hari naik tahta ia tewas sewaktu berperang di daerah bone.
                                    Kemudian Raja gowa XII Manggorai Daeng Manggetta Karaeng Bonto Langkasa sebagai mana para pendahulunya berusaha memajukan kerajaan dengan berbagai kegiatan raja gowa XII ini meninggal karena amukannya sendiri sehingga digelar Karaeng Tuni Jallo yang artinya diamuk. Raja gowa XIII Daeng Parabbung dinobatkan pada tahun 1590 karena pada masa pemerintahannya raja gowa ini sewenagng-wenang dan tidak disenangi oleh rakyatnya maka ia digantikan oleh Imangarangi Daeng Manrabiya sebagai raja ke XIV karena baginda masih kecil maka pemerintahan dilaksanakan oleh Karaeng Mattoaya. Mangku bumi inilah yang pertama kali memeluk agama islam pada waktu raja gowa membuat benteng ujung pandang ini bahannya masih tanah liat maka Sultan Alauddin memasang batu-batu sediment dan merah untuk memperkuat benteng ini, tanggal 5 november 1655 raja gowa ke XV digantikan oleh Ima Lombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangappe atau dikenal sebagai Sultan Hasanuddin sebagai raja gowa ke XVI. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin inilah pantang mundur dan mempertahankan kehormatan kedaulatan kerajaan Gowa. Benteng ujung pandang di pertahankan oleh Karaeng Bonto Sunggu. Karena peralatan perang belanda lebih modern maka satu demi datu benteng di kuasai oleh belanda. Korban semakin banyak kedua belah pihak. Sebagai taktik perjuangan maka Sultan Hasanuddin terpaksa menerima dan menanda tangani perjanjian Bongaya. Pasal 10 perjanjian Bongaya mengatakan bahwa benteng pertahanan Gowa di hancurkan dan tidak boleh mendirikan pertahanan baru. Mengenai nasib benteng ujung pandang atau Fort Rotterdam dijelaskan dalam pasal 11 yang berbunyi antara lain bahwa Benteng Ujunga Pandang dijadikan perkampungan dan tanah yang termasuk lingkungannya di serahkan kepada belanda serta logi kompeni Belanda. Wilayah benteng Ujung Pandang inilah yang menjadi tanah pertama dan daerah pertama yang secara de jure dan de facto menjadi daerah Kompeni Belanda. Di benteng inilah bermula cengkraman kolonialisme dan Imperialisme Belanda. Begitu benteng Ujung Pandang dikuasai oleh kompeni Belanda menyatakan tentang ketentuan-ketentuan kompeni di Ujung Pandang.
                                    Perjanjian Bongaya 18 November 1967 yang ditanda tangani dan di setujui oleh Sultan Hasanuddin dalam keadaan terpaksa dengan maksud untuk menghindari korban yang semakin besar untuk serta muntuk meredakan keluarga untuk masa depan Sulawesi.
                                    Dengan jatuhnya kerjaan gowa pada tahun 1969 menjadikan kedudukan benteng ujung pandang yang telah berubah namanya menjadi Fort Rotterdam makin pentinh bagi kompeni Belanda Fort Rotterdam dijadikan pusat pertahanan serta pusat perdagangan kompeni belanda bangunan-bangunan dalam benteng dirombak sesuai dengan keinginan belanda semua sisi bagian benteng diisi dengan bagian Gotic ditengah benteng dibangun daerah bertngkat yang diperuntukkan sebagai gereja.
                                    Perombakan yang dilakukan belanda pada benteng ujung pandang sebenarnya telah mulai diadakan begitu benteng Ujung Pandang dikuasainya namun usahanya tidak dapat berjalan lancar akibat perang yang terus menerus dialami oleh kompeni Belanda. Bentuk yang ada sekarang ini terwujud pada tahun 1977 yaitu 10 tahun sesudah perjanjian Bongaya. Bahkan sesuai data yang ada bangunan dalam benteng yaitu bangunan gubernur yang baru berdiri dalam bentuk sekarang ini. Demikianlah keadaan Fort Rotterdam atau benteng ujung pandang sejak masuknya kompeni belanda hingga kekuasaan jepang.
                                    Ketika jepang berkuasa pd tahun 1942 maka benteng ujung bpandang tak luput pula dari pengaruh ujung pandang selain akibat yang merugikan yaitu rusaknya sebagian bangunan benteng ujung pandang karena akibat perang yang terjadi di Indonesia belanda dan jepang, jepang juga ikut menenem andil dalam penambahan gedung benteng. Sebuah gedung yang terletak di selatan bastion Mandrasiya adalah kerajaan yang dibangun oleh jepang  dengan arsitek, namun tidak bertingkat.

2.Fungsi Fort Rotterdam

Di Makassar ada satu benteng besar yang berdiri megah, namanya Fort Rotterdam. Jangan bayangkan lokasi benteng ini berada jauh diluar kota, dan kita harus menghabiskan waktu sekian jam untuk duduk dimobil berkecepatan tinggi, karena lokasi benteng ini terletak didalam kota Makassar sehingga cukup mudah untuk mencapainya.
Benteng dengan halaman seluas dua kali Museum Fatahilah Jakarta ini letaknya didepan pelabuhan laut kota Makassar atau ditengah pusat perdagangan sentral kota. Apabila kita menginap di area seputar pantai Losari, maka jaraknya dalam kisaran radius 2 km-an saja. Dari jalan raya, Fort Rotterdam yang juga akrab disebut benteng Ujungpandang (nama lain dari Makassar) akan  mudah dikenali karena sangat mencolok dengan arsitektur era 1600 an yang berbeda dengan rumah dan kantor diseputarnya. Temboknya hitam berlumut kokoh menjulang hampir setinggi 5 meter, dan pintu masuknya masih asli seperti masa jayanya. Dari ketinggian, bentuk benteng seperti bentuk totem penyu yang bersiap hendak masuk kedalam pantai.
Memasuki pintu utamanya yang berukuran kecil,  kita akan segera disergap oleh nuansa masa lalu. Tembok yang tebal sangat kokoh, pintu kayu, gerendel kuno, akan terlihat jelas. Masuk ke benteng sebetulnya tidak dipungut bayaran, karena area didalam benteng  tidak dijadikan museum cagar budaya yg kosong melompong. Benteng Rotterdam dijadikan kantor pemerintah yakni Pusat Kebudayaan Makassar, sehingga suasana seram yang biasa kita jumpai dilokasi tua semacam ini tidak begitu kental karena masih dijumpai manusia berseliweran kian kemari. Karena area ini dipakai sebagai kantor, sehingga kebersihan dan kerapihan lingkungan disana masih terawat cukup baik.
Benteng ini awalnya dibangun tahun 1545 oleh raja Gowa ke X yakni Tunipallangga Ulaweng. Bahan baku awal benteng adalah tembok batu yang dicampur dengan tanah liat yang dibakar hingga kering. Bangunan didalamnya diisi oleh rumah panggung khas Gowa dimana raja dan keluarga menetap didalamnya. Ketika berpindah pada masa raja Gowa ke XIV, tembok benteng lantas diganti dengan batu padas yang berwarna hitam keras.
Kehadiran Belanda yang menguasai area seputar banda dan maluku, lantas menjadikan Belanda memutuskan utk menaklukan Gowa agar armada dagang VOC dapat dengan mudah masuk dan merapat disini. Sejak tahun 1666 pecahlah perang pertama antara raja Gowa yang berkuasa didalam benteng tersebut dengan penguasa belanda Speelman. Setahun lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda memaksa raja menandatangani "Perjanjian Bongaya" pada 18 November 1667.
Dikemudian hari Speelman memutuskan utk menetap disana dengan membangun kembali dan menata bangunan disitu agar disesuaikan dengan kebutuhan dalam selera arsitektur Belanda. Bentuk awal yg mirip persegi panjang kotak dikelilingi oleh lima bastion, berubah mendapat tambahan satu bastion lagi di sisi barat. Nama benteng diubah pula menjadi Fort Rotterdam, tempat kelahiran Gubernur Jendral Belanda Cornelis Speelman.
Salah satu obyek wisata yang terkenal disini selain melihat benteng, adalah menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda sejak tertangkap ditanah Jawa. Perang Diponegoro yg berkobar diantara tahun 1825-1830 berakhir dengan dijebaknya Pangeran Diponegoro oleh Belanda saat mengikuti perundingan damai. Diponegoro kemudian ditangkap dan dibuang ke Menado, lantas tahun 1834 ia dipindahkan ke Fort Rotterdam. Dia seorang diri ditempatkan didalam sebuah sel penjara yang berdinding melengkung dan amat kokoh. Diruang itu ia disedikana sebuah kamar kosong beserta pelengkap hidup lainnya seperti peralatan shalat, alquran, dan tempat tidur. Banyak kemudian yang meyakini bahwa Diponegoro wafat di Makassar, lalu ia dikuburkan disitu juga. Tapi ada pendapat lain mengatakan, mayat Diponegoro tidak ada di Makassar. Begitu ia wafat Belanda memindah ia ketempat rahasia agar tidak memicu letupan diantara pengikut fanatiknya di Jawa atau disitu.

3. Manfaat Wisata
·         Menambah pengetahuan atau wawasan akan ilmu peristiwa sejarah yang terjadi disekitar kota Makassar.
·         Dijadikan sebagai sarana untuk Berziarah ke tempat dimana pahlawan-pahlawan yang telah gugur.
·         Sebagai tempat yang bermanfaat sebagai objek wisata.

 

 
BAB III
METODE PENELITIAN
Adapun metode dan langkah-langkah penelitian yang akan kami lakukan yaitu:

a.   Pendekatan dan Jenis Penelitian
penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Dimaksudkan agar hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan secara teori dengan argumen yang nyata.

b.  Kehadiran Peneliti
            instrumen yang dimaksud sebagai peneliti adalah siswa(i) kelas XII Ilmu Sosial. Kehadiran bapak/ibu guru dalam penelitian ini adalah sebagai pendamping dan pembimbing peneliti. Peneliti diharapkan dapat hadir tepat waktu di lokasi penelitian yang dimaksud sebagi perwujudan latihan kedisiplinan.

c.  Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah fort rotterdam, sebuah objek wisata padat pengunjung yang terletak di jl. Reburande,Makassar,sulawesi selatan . Kira-kira berjarak 1km dari Losari Beach. Tepat di depannya ramai dengan pedagang es kelapa muda. Bangunan unik dengan masih adanya sisa-sisa zaman perang diantaranya sebuah meriam, adanya museum yang bisa kita jadikan sasaran penelitian benda-benda beersejarah selain dari penelitian sosialnya. Di dalam fort rotterdam terdapat sebuah bangunan yang di dalamnya banyak lukisan hasil karya Zainuddin Beta. Ini bisa kita teliti apakah keberadaan fort rotterdam membawa manfaat tersendiri bagi beliau,kaitannya dengan pengelola. Selain itu kaitannya dengan masyarakat sekitar yaitu keberadaan pedagang es kelapa muda,yang kemungkinan besar membantu perekonomian masyarakat sekitar. Inilah objek sosial yang menarik untuk dikaji

d.  Sumber Data
            sumber data dalam penelitian ini disesaikan dalam fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini ada 2 sumber data yakni :
1.sumber data yang pertama atau primer yaitu sumber yang dapat diperoleh dari setiap informan yang diwawancarai dilokasi penelitian, dalam hal ini pengelola Fort Rotterdam, pengelola wisatawan ataupun masyarakat sebagai informan kunci yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. sumber data yang kedua atau data sekunder diperoleh dari buku-buku sejarah dan sosiologi yang berhubungan dengan masalah penelitian.

e. Prosedur Pengumpulan Data
            untuk memperoleh data atau keterangan yang berkaitan dengan penelitian ini maka ditempuh dengan cara :
1. pengamatan langsung atau observasi, dalam hal ini dimaksud untuk mengethui subjektif dan identitas dari masyarakat yang ada di sekitar Fort Rotterdam serta Fort Rotterdam itu sendiri.
2. wawancara (interview) yaitu tehnik yang digunakan untuk memperoleh informasi yang mendalam sehingga dipastikan kenyataan dari suatu fakta sehingga didapatkan penjelasan secara langsung dan lebih akurat mengenai  penelitian ini. Dalam hal ini yaitu melakukan wawancara dengan pengelola pengunjung dan masyarakat sekitar Fort Rotterdam.
3. dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data visikulasi kegiatan.

f. Analisis Data
analisis data yang digunkan adalah: pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik analisis judul. Dalam hal ini peneliti menggunakan, logika, etika, atau estetika.
  
g. Tahap-tahap Penelitian
Bagian ini menguraikann proses pelaksanaan penelitian mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan.








JADWAL KEGIATAN DAN ESTIMASI ANGGARAN

A. Jadwal Kegiatan
    
No.
JENIS KEGIATAN
B U L A N
Des.10
Jan.10
Feb.10
Mar.10
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Persiapan
 x















2.
Penyusunan Rancangan

 x
 x














penelitian
















3.
Pengumpulan data















4.
Pengolahan data




 x
 x
 x









5.
Penulisan laporan hasil







 x
 x






penelitian
















6.
Presentase hasil











 x





penelitian

















 s

B. Estimasi Anggaran

1. Pendapatan = 73 X 260.000                                                                    Rp. 18.980.000,-
2. Pengeluaran :
   - Sewa mobil
      - 3 bus                      = Rp 2.500.000,-
      - 1 bus mini              = Rp.   600.000,-                     Rp.   8.100.000,-
   - Makanan = 90 X 12.000 X 4                                    Rp.   4.320.000,-
   - Penginapan = 10 X 85.000                                       Rp.      850.000,-
   - karcis :
      - Benteng Somba Opu                                             Rp.      250.000,-
      - Benteng Fort Rotterdam                                       Rp.      250.000,-
   - Biaya proposal                                                          Rp.      200.000,-
   - Penulisan laporan 4 rangkap                                     Rp.      200.000,-
   - Baju = 73 X 50.000                                                  Rp.   3.650.000,-
   - Air = 10 dos X 13.000                                              Rp.      130.000,-

                                                                                                                     Rp. 18.550.000,-
Saldo Sisa/Biaya tak terduga =                                                                    Rp.      430.000,-






DAFTAR PUSTAKA

                              Arifin, Zulkifli. 2010. Iklan Televisi Dan Perubahan Sosial Budaya Masyarakat                            Pulau Kambuno.  Kab Sinjai

                              Hadimoeljono Drs, Abd Muthalib. 1979.  Sejarah Kuno Sulawesi Selatan.
                                         Ujung Pandang

                              Nurseno. 2007. Kompetensi Dasar Sosiologi III.  Tiga serangakai pustaka Mandiri :                       Solo

         Suyanto, Bagong  dan Sutina. 2005. Metode Penelitian Sosial.                                            Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

                               Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers :
                                   Jakarta

                        Waridah, Siti dkk. 1999. Sosiologi untuk kelas 3 SMU. Bumi Aksara:
                                   Jakarta.
                                   
                             















LEMBARAN PENGESAHAN




                                                                                                                        Sinjai, 15 Desember 2010
Disetujui Oleh :                                                                             Panitia
Guru Pembimbing                                           Ketua                                               Sekertaris



M.ARIFIN.B.S.pd.                           IMAM LUKMAN PUTRA                      AINIL MA’SURA
NIP 19541231 198203 1 190


                                                            Mengetahui
                                                   Kepala SMA Negeri 1 Sinjai


                                                   Drs. MUHAMMAD SULTAN
                                                   NIP.19540707 198003 1 018

DEKOMENTASI










 

                                                                                                                          

0 komentar — Skip ke Kotak Komentar

Posting Komentar — or Kembali ke Postingan