Puisi Bugis (Paseng)
Sadda mappabbati ada,
Suara mewujudkan kata
Ada mappabbati gauk,
Kata mewujudkan perbuatan
Gauk mappannessa tau.
Perbuatan membuktikan
manusia
Te mettok
nawa-nawa majak
Tak
membersihkan pikiran jahat
Te lessuk ada-ada bellé
Tak
mengeluarkan kata dusta
Te pugauk macéko
Tak melakukan perbuatan culas
Te makkatuna ri
padanna Tau
Tak menghinakan sesama manusia
Te takkalupa ri apoléngenna
Tak
melupakan asal kedatangan
Kontruksi
bait
pertama, pada baris pertama kata” sadda” di sini memiliki konteks religius.
Baris kedua pada kata “ada” di kontruksikan sebagai ati macinnong yang artinya
hati nurani, karena hati nurani ini tidak pernah berdusta lain halnya pada
mulut yang sering berdusta. Baris ketiga yang kata “gauk” di sini di
kontruksikan sebagai kedo-kedo yang artinya tingkah laku, karena pada baris ini
dijelaskan bahwa tingkah laku seseorang yang membuktikan bahwa orang tersebut
adalah manusia.
Bait
kedua puisi paseng tersebut merupakan uraian penjelas bait pertama. Seseorang
yang memelihara hati nuraninya agar tidak tertutupi élok cinna sehingga dapat
menerima saddanna pawinruk-é, akan mampu membuktikan dirinya sebagai manusia,
dengan mengamalkan sifat-sifat dan perilaku, namun pada kata “ri appolengenna”
di kontruksikan dengan kata puang marajae yang artinya Tuhan.
Makna
Pada bait pertama, baris pertama
bermakna, Setiap perkataan yang di ucapkan mencerminkan kepribadian seseorang
baik atau pun buruknya. Baris kedua sama
halnya dengan baris pertama bahwa kata menunjukkan setiap perbuatan atau
tingkah laku manusia mencerminkan kepribadiannya. Baris ke tiga perbuatan baik
adalah perbuatan yang mencerminkan kemanusiaan dan perbuatan yang buruk
mencerminkan ketidak manusiawi.
Pada bait kedua, baris pertama orang
yang tidak bertakwa di dalam benaknya selalu ingin berbuat kejahatan.. Baris
kedua.orang yang bertakwa kepada tuhannya tidak akan berkata bohong atau dusta.
Pada baris ketiga sama halnya dengan baris kedua bahwa orang yang bertakwa
tidak akan melakukan perbuatan yang dilarang oleh Tuhannya.
Baris keempat bermakna saling
menghargai sesama manusia. Dan baris ke lima bermakna manusia yang bertakwa
tidak akan pernah melupakan Tuhannya.
Pesan
Pesan yang di sampaikan pada puisi
di atas yaitu jangan melupakan Tuhan yang menciptakan segala yang ada di alam
ini. Dan sebagai manusia, bertakwalah kepada sang pencipta, jangan engkau
berbuat kejahatan di muka bumi ini, karena dunia ini adalah kehidupan
sementara, kehidupan yang kekal itu yaitu di akhirat. Maka dari itu selagi kita
masih hidup, marilah menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya.
Karakter
budaya daerah bugis
Orang
bugis tetap menampakkan sifat khasnya yang saling berlawanan, yaitu di
tengah-tengah kemampuannya berubah dan menyesuaikan diri dengan keadaan
sekitarnya, ”Orang Bugis ternyata tetap mampu mempertahankan identitas
’kebugisan’ mereka”.
dapat
menghasilkan suatu potret mengenai mentalitas orang Bugis yang didominasi oleh
empat sifat. Dalam lontara’ disebutkan bahwa keempat sifat tersebut adalah
sulapa eppa (segi empat) yang harus dimiliki setiap pemimpin yang baik. Karena
itu, jika akan tampil sebagai pemimpin selain berasal dari keturunan yang
tepat, ia harus memiliki sifat-karakter: warani (berani)
2 komentar — Skip ke Kotak Komentar
Maaf typo, judul puisi.y apa kak?
Posting Komentar — or Kembali ke Postingan